EKSTRAKSI FLAVONOID DARI DAUN PARE (MOMORDICA CHARANTIA L.) BERBANTU GELOMBANG MIKRO SEBAGAI PENURUN KADAR GLUKOSA SECARA IN VITRO
Salah satu tanaman obat tradisional yang dipercaya sebagai penurun kadar glukosa adalah pare (Momordica charantiaL.). Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, karena buahnya sering digunakan sebagai sayuran atau lalapan. Kandungan kimia daun pare yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, antitumor, dan antilepra.Keuntungan utama dari ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro dibandingkan dengan ekstraksi konvensional menggunakan sokhlet yaitu efisiensi lebih besar dan waktu operasinya lebih singkat. Ekstraksi berbantu gelombang mikro akan memberikan laju perpindahan masa yang lebih tinggi dibandingkan ekstraksi konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari ekstrak flavonoid dari daun pare (Momordica charantia L.) dalam menurunkan kadar glukosa dan konsentrasi maksimal dari ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa serta variasi dari variabel ekstraksi gelombang mikro untuk memperoleh hasil ekstrak yang optimal. Proses ekstraksi flavonoid dari daun pare(Momordica charantia L.) dilakukan menggunakan alat microwave ekstraktor dengan frekuensi 2450 Mhz dengan daya maksimal 900 watt. Ekstrak yang diperoleh kemudian direksikan dengan glukosa dengan metode Nellson- Somogyi. Jenis flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa diidentifikasi menggunakan pereaksi geser dengan spektrofotometer UV-Vis.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang optimum dalam proses ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica charantia L.) dengan berbantu gelombang mikro adalah menit ke-30 dengan rendemen 20,85%. Konsentrasi ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 160 ppm dengan penurunan 50,38%.
Senyawa flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa dalam daun pare adalah 5,3’,4’- trihidroksi flavonol.
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hilangnya homeostasis glukosa akibat dari penurunan fungsi sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Penurunan fungsi hormon insulin ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses sempurna sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat yang disebut hiperglikemia (Basha dan Kumari, 2012 : 1). Gejala awal diabetes mellitus dapat berupa sering kencing (poliuri), sering minum (polidipsi), dan sering makan (polifagi). Apabila keadaan tersebut tidak diatasi dapat menimbulkan komplikasi penyakit berbahaya. (Hardiman, 2013).
Salah satu tanaman obat tradisional yang dipercaya sebagai penurun kadar glukosa adalah pare (Momordica charantiaL.). Menurut Leelaprakash, dkk. (2011), kandungan kimia daun pare yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, dkk. (2012) menyatakan bahwa isolat biji pare dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode enzimatis. Prinsip metode tersebut adalah menghambat aktivitas enzim α-glukosidase sehingga polisakarida tidak diubah menjadi glukosa. Hasil penelitian diperoleh bahwa isolat biji pare konsentrasi 2 mg/dL mampu menghambat enzim α-glukosidase sebesar 79,18%. Selain metode enzimatis, penurunan kadar glukosa secara in vitro dapat menggunakan metode Nellson-Somogyi.
Berdasarkan penelitian tersebut diatas, penelitian ini mengacu pada penelitian Ahmad, dkk. (2012), tetapi menggunakan daun pare dengan metode Nellson-Somogyi.
Daun pare digunakan karena sejauh ini belum ada penelitian mengenai daun pare sebagai antidiabetes. Penelitian ini menggunakan metode Nellson-Somogyi karena faktor pengganggu dari metode
tersebut cenderung lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan metode enzimatis, selain itu bahan yang digunakan lebih mudah didapatkan. Prinsip metode Nellson-Somogyi adalah mengoksidasi glukosa menggunakan pereaksi Nellson, kemudian ditambahkan dengan larutan arsenomolibdat membentuk kompleks molibdenum yang berwarna biru kehijauan dan dapat diukur absorbansinya untuk menentukan kadar glukosa (Razak, 2012).
METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah penurunan kadar glukosa fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) yang dinyatakan dengan persentase (%) penurunan kadar glukosa.
Variabel terikat dalam penelitian ini berupa penurunan glukosa setelah pemberian fraksi ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.).
Bahan penelitian meliputi serbuk daun pare (Momordica charantia L.), serbuk glukosa anhidrat, reagen Nellson, reagen arsenomolibdat, akuades, metanol, NaOH, AlCl3, serbuk NaOAc, serbuk H3BO3.
Alat penelitian meliputi labu takar, pipet volume, corong kaca, pipet tetes, penangas air, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1700 series.
Maserasi serbuk daun pare sebanyak 50,0 gram ditambah etanol 70% sepuluh kali berat serbuk. Perendaman dilakukan selama 5 hari pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya.Setiap hari dilakukan pengadukan,
Kemudian disaring, dan diganti pelarut etanol 70% baru dengan jumlah yang sama. Filtrat yang dihasilkan dijadikan satu kemudian disaring. Filtrat dikumpulkan dan dipekatkan di atas penangas air pada suhu 70˚C sampai diperoleh ekstrak kental (Purwatresna, 2012).
Fraksinasi dilakukan dengan menimbang 5,0 gram kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 75 mL dan dimasukkan di dalam corong pisah. Larutan ditambahkan dengan n-heksan sebanyak 25 mL dan diulang tiga kali, kemudian dipisahkan. Fase air difraksinasi kembali menggunakan pelarut etil asetat sebanyak 25 mL dan diulang tiga kali, kemudian dipisahkan.Masing-masing fraksi yang telah terkumpul dikentalkan menggunakan penangas air.
Uji pendahuluan dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi meliputi alkaloid, senyawa fenol, polifenol, tanin, saponin, dan flavonoid. Uji flavonoid dipertegas dengan menggunakan uji KLT yang dielusi dengan eluen n-butanol : asam asetat glasial : air (4 : 1 : 5). Setelah elusi selesai, lempeng dikeringkan kemudian lempeng tersebut diuapi denganmenggunakan uap ammonia pekat. Terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya kandungan flavonoid dalam daun pare (Robinson, 1995 : 211).
Pembuatan larutan glukosa standar dengan cara menimbang baku glukosa anhidrat 100,0 mg dan dilarutkan etanol 80% sebanyak 2 kali masing-masing 5 mL. Larutan tersebut diuapkan kemudian dicukupkan dengan akuades hingga 50,0 mL. Deret baku dibuat sebanyak 5 deret konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm serta diukur absorbansinya pada operating time yang stabil dan panjang gelombang maksimal (Sadasivam dan Manickam, 1996).
Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan cara 3,0 mL larutan baku glukosa ditambahkan dengan 3,0 mL masing- masing dari fraksi. Campuran tersebut diambil sebanyak 1,0 mL ditambahkan dengan reagen Nellson sebanyak 1,0 mL lalu ditutup dengan kapas dan dipanaskan di atas penangas air dengan suhu 100˚C . Setelah itu didinginkan,
ditambah reagen arsenomolibdat sebanyak 1,0 mL kemudian dihomogenkan dan diukur pada operating time dengan panjang gelombang maksimal pada spektrofotometer visibel (Ermaiza, 2009).
Analisis data dapat dihitung dengan rumus:
Persentase penurunan kadar =
Kadar awal – kadar terakhir x 100%
Kadar awal
Penarikan senyawa aktif yang terkandung di dalam daun pare dapat dilakukan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut dan cara ekstraksi yang sesuai. Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak secara kimia salah satunya adalah metode ekstraksi (Depkes RI, 2000 : 7). Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini Microwave adalah alat yang digunakan untuk ekstraksi, mengandung medan elektromagnetik dalam rentang frekuensi 300 MHz sampai 300 GHz atau antara panjang gelombang dari 1 cm dan 1m (Chen dkk , 2007). Medan elektromagnetik memainkan peran penting dalam setiap upaya untuk menggambarkan fisik realitas.Bidang dan partikel yang diekstraksi harus diletakkan pada tempat sehingga energi elektro magnetik yang mengandung momentum dapat berinteraksi dan terjadi penarikan zat aktif Bidang elektromagnetik berinteraksi dengan materi sehingga terjadi transfer energi (Hartati, 2010).
Penapisan fitokimia senyawa aktif bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol daun pare. Penapisan fitokimia dapat dilakukan dengan uji pendahuluan. Uji tersebut meliputi uji flavonoid, tanin, saponin, polifenol, senyawa fenol, alkaloid, glikosida-3-flavonol, shinoda, dan taubeck.
Uji flavonoid dilakukan menggunakan larutan NaOH dengan cara masing-masing 1 mL ekstrak etanol daun pare ditambah dengan NaOH yang akan membentuk warna kuning stabil (Leelaprakash, dkk. 2011). Hasil perlakuan menunjukkan larutan uji ekstrak mengandung flavonoid (tabel 4).
Tabel 4. Hasil Uji Senyawa Flavonoid
Larutan Uji | Hasil Perlakuan | Keterangan |
Rutin (Kontrol positif) | Larutan kuning | Mengandung flavonoid |
Akuades (Kontrol negatif) | Larutan jernih | Tidak mengandung flavonoid |
Ekstrak | Larutan
kuning pekat |
Mengandung
flavonoid |
Pendahuluan glikosida-3-flavonol menunjukkan hasil positif pada ekstrak, Menurut Depkes RI (1995), uji glikosida-3- flavonol menunjukkan hasil positif apabila setelah penambahan pereaksi dalam waktu 2 sampai 5 menit tidak terjadi warna kuning (tabel 5).
Tabel 5.Pendahuluan Glikosida-3-flavonol
Larutan Uji | Hasil Perlakuan | Keterangan |
Rutin (kontrol positif) | Merah muda | Mengandung Glikosida-3- flavonol |
Akuades (kontrol negatif) | Larutan jernih | Tidak mengandung
Glikosida-3- flavonol |
Ekstrak | Hijau | Mengandung Glikosida-3-
flavonol |
Uji Shinoda menunjukkan hasil negatif pada ekstrak,. Menurut Depkes RI (1995), uji shinoda menunjukkan hasil positif flavon, khalkon, dan auron apabila setelah penambahan pereaksi terjadi warna kuning, sehingga di dalam ekstrak tidak mengandung flavonoid golongan flavon, khalkon, dan auron. (tabel 6).
Tabel 6.Uji Shinoda
Larutan Uji | Hasil Perlakuan | Keterangan |
Rutin (kontrol positif) | Larutan kuning | Mengandung shinoda |
Akuades (kontrol
negatif) |
Larutan jernih | Tidak mengandung
shinoda |
Ekstrak | Hijau | Tidak mengandung flavon,
kalkon dan auron |
Uji Taubeck menunjukkan hasil positif pada ekstrak. Menurut Depkes RI (1995), uji taubeck menunjukkan hasil positif apabila setelah penambahan reaksi larutan uji berfluoresensi kuning intensif dibawah sinar UV 254 menunjukkan adanya flavonoid (tabel 7).
Tabel 7.Pendahuluan Flavonoid Taubeck
Larutan
Uji |
Hasil
Perlakuan |
Keterangan |
Akuades
(kontrol negatif) |
Tidak
berpendar kuning |
Tidak
mengandung flavono |
Ekstrak | Berpendar kuning | Mengandung flavonoid |
Identifikasi tanin dilakukan menggunakan larutan FeCl3 1% dengan cara masing-masing 1 mL ekstrak etanol daun pare ditambah larutan FeCl3 1% akan membentuk warna hijau kehitaman atau biru tua (tabel 8) (Depkes RI, 1995).
Tabel 8. Hasil Uji Senyawa Tanin
Larutan Uji | Hasil perlakuan | Keterangan |
Larutan gambir (kontrol
positif) |
Biru tua | Mengandung senyawa tanin |
Akuades (kontrol negatif) | Oranye | Tidak mengandung senyawa tanin |
Ekstrak | Hijau | Mengandung senyawa tanin |
Identifikasi saponin dilakukan menggunakan pemanasan masing-masing 1mL ekstrak dan fraksi ekstrak etanol daun pare, kemudian dikocok vertikal akan membentuk busa. Busa yang terbentuk akan stabil setelah penambahan HCl 1% (tabel 9) (Depkes RI, 1995).
Tabel 9. Hasil Uji Senyawa Saponin
Larutan Uji | Hasil Perlakuan | Keterangan |
Larutan lerak
(kontrol positif) |
Berbusa | Mengandung senyawa saponin |
Akuades (kontrol negatif) | Tidak berbusa | Tidak mengandung
senyawa saponin |
Ekstrak | Berbusa | Mengandung
senyawa saponin |
Identifikasi polifenol dilakukan dengan cara masing-masing 1 mL ekstrak dan fraksi ekstrak etanol daun pare ditambah dengan 1 mL larutan kalium heksasianoferat (III) dan 1 mL larutan besi (III) klorida 1% menunjukkan warna biru prusian (tabel 10) (Depkes RI, 1995).
Tabel 10. Hasil Uji Senyawa Polifenol
Larutan
Uji |
Hasil
Perlakuan |
Keterangan |
Larutan resorcinol
(kontrol positif) |
Biru prusian | Mengandung senyawa polifenol |
Akuades (kontrol negatif) | Biru terang | Tidak mengandung senyawa
polifenol |
Ekstrak | Biru prusian | Mengandung
senyawa polifenol |
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan cara1 mL ekstrak etanol daun pare ditambah 1 mL larutan HCl 2N dan akuades, kemudian dipanaskan, kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah reagen dragendrof. Terbentuknya warna merah cokelat menunjukkan adanya senyawa alkaloid (tabel 11) (Depkes RI, 1995).
Tabel 11. Hasil Uji Senyawa Alkaloid
Larutan Uji | Hasil Perlakuan | Keterangan |
Larutan kafein (kontrol
positif) |
Merah cokelat | Mengandung senyawa alkaloid |
Akuades (kontrol negatif) | Merah | Tidak mengandung senyawa alkaloid |
Ekstrak | Merah cokelat | Mengandung senyawa alkaloid |
Identifikasi senyawa fenol dilakukan dengan cara masing-masing fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi air, dan ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambah dengan 1 mL larutan besi (III) klorida 1%. Terbentuknya warna merah, ungu, biru, dan hitam menunjukkan adanya senyawa fenol (tabel 12) (Depkes RI, 1995).
Tabel 12. Hasil Uji Senyawa Fenol
Larutan Uji | Hasil Perlakuan | Keterangan |
Larutan phenol (kontrol positif) | Ungu | Mengandung senyawa fenol |
Akuades (kontrol
negatif) |
Oranye | Tidak mengandung
senyawa fenol |
Ekstrak | Hijau
kehitaman |
Mengandung
senyawa fenol |
Uji pendahuluan dilakukan untuk menunjukkan adanya senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak secara umum. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa ekstrak etanol positif mengandung flavonoid, tanin, saponin, senyawa fenol, polifenol, dan alkaloid. Berdasarkan hasil perlakuan tersebut maka daun pare positif mengandung flavonoid, tanin, saponin, fenolik, polifenol, dan alkaloid. Hasil perlakuan ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rachmawati, dkk. (2001) dan Leelaprakash, dkk. (2011) yang menyatakan bahwa daun pare positif mengandung flavonoid, tanin, saponin, senyawa fenol, polifenol, dan alkaloid.
Selain uji pendahuluan dengan pereaksi kimia, uji senyawa flavonoid juga dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF254 dan fase gerak n– butanol : asam asetat : akuades (4 : 1 : 5), jarak elusi 8 cm, dan penampak bercak uap ammonia. Baku pembanding rutin digunakan untuk melihat perbandingan nilai Rf. Flavonoid yang bersifat polar terikat kuat pada fase diam. Dengan adanya fase gerak yang bersifat semi polar akan membawa flavonoid melewati fase diam dan akan memisah. Adanya uap ammonia akanmenyebabkan gugus hidroksi fenolik pada flavonoid membentuk warna kuning.
Hasil identifikasi pada ekstrak, fraksi etil asetat, dan fraksi air ekstrak etanol daun pare menunjukkan terjadinya fluoresensi warna ungu saat dilihat di bawahsinar UV 254 nm dan terbentuk noda berwarna kuning lemah setelah diberi uap ammonia.
Sedangkan fraksi n-heksan tidak menunjukkan adanya fluoresensi warna ungu maupun noda kuning setelah diberi uap ammonia. Harga Rf yang diperoleh untuk ekstrak yaitu 0,61 dan baku rutin 0,57 (tabel 13), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak etanol daun pare mengandung flavonoid.
Tabel 13.Hasil Identifikasi Flavonoid Secara KLT
Larutan Uji | Rf | Warna tampak dengan
amoniak |
Baku rutin | 0,57 | Kuning kecoklatan |
Ekstrak | 0,61 | Kuning lemah |
Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan membuat larutan baku glukosa. Serbuk glukosa anhidrat yang sudah ditimbang dilarutkan dengan etanol 80% panas, kemudian diuapkan terlebih dahulu sebelum dicukupkan dengan akuades. Penambahan etanol 80% panas berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba karena glukosa dapat menjadi nutrisi yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Larutan glukosa selanjutnya diuapkan untuk mengurangi jumlah etanol. Larutan glukosa dibuat konsentrasi 2000 ppm, kemudian diencerkan menjadi 100 ppm. Deret baku glukosa dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 30,
40, dan 50 ppm. Masing-masing konsentrasi baku glukosa direaksikan dengan reagen Nellson, kemudian diukur absorbansinya. Pengukuran kadar glukosa menggunakan spektrofotometri visibel karena senyawa yang akan diukur berupa larutan berwarna yang dapat diserap pada panjang gelombang 400 nm sampai 750 nm. Pengukuran panjang gelombang maksimal dilakukan setelah didapatkan operating time.
Panjang gelombang maksimal yang diperoleh pada menit ke-11 adalah 761 nm, sehingga pengukuran baku glukosa anhidrat dilakukan pada menit ke-11 dengan panjang gelombang 761 nm.
Deret konsentrasi larutan baku glukosa anhidrat 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm ditambahkan dengan reagen Nellson. Penambahan reagen tersebut dapat mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida ekuivalen dengan jumlah glukosa yang ada. Adanya sifat mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehid bebas yang terdapat dalam glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami oksidasi oleh pereaksi Nellson menghasilkan asam glukonat. Larutan dipanaskan dengan ditutup kapas agar reaksi berlangsung secara maksimal. Dengan adanya pemanasan dapat meningkatkan energi kinetik dari molekul- molekul sehingga akan meningkatkan kecepatan reaksi. Larutan yang sudah dipanaskan selanjutnya didinginkan dan ditambah reagen arsenomolibdat didapatkan warna biru kehijauan karena arsenomolibdat bereaksi dengan kuprooksida membentuk molibdenum. Pengukuran dilakukan pada saat operating timedengan panjang gelombang 761 nm.Kurva baku glukosa anhidrat dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9.Kurva Baku Glukosa Anhidrat
Konsentrasi larutan baku glukosa yang digunakan dalam penelitian ini 50 ppm. Masing-masing konsentrasi ditambahkan dengan baku glukosa, kemudian dari campuran tersebut diambil sebanyak 1,0 mL untuk direaksikan dengan reagen Nellson. Larutan dipanaskan dengan ditutup kapas, lalu didinginkan, dan ditambahkan dengan arsenomolibdat, kemudian larutan diukur pada saat operating time dengan panjang gelombang 761 nm.
Hasil data penurunan kadar glukosa menunjukkan rata-rata persentase penurunan yang terus meningkat dari 80 ppm sampai 160 ppm. Pada konsentrasi. Persentase penurunan paling tinggi pada konsentrasi 160 ppm dengan rata-rata 50,38
Tabel 16. Hasil Perhitungan PersenPenurunan Glukosa
Konsentrasi (ppm) | % penurunan glukosa | Rata-rata % penurunan glukosa | ||
Replikasi 1 | Replikasi 2 | Replikasi 3 | ||
80 | 10,81% | 11,18% | 12,66% | 11,55% |
100 | 23,84% | 23,96% | 24,08% | 23,96% |
120 | 36,25% | 35,76% | 35,39% | 35,80% |
140 | 44,85% | 45,22% | 45,34% | 45,14% |
160 | 49,77% | 50,63% | 50,75% | 50,38% |
Gambar 10. Kurva Penurunan Kadar Glukosa
Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar glukosa
lebih besar pada kadar 160 ppm dibandingkan dengan kadar 80 ppm
CHO
H OH
COOH
HO H
H OH
+ 2Cu2+ + 4OH– H
OH +
Cu2O
+ 2H2O
(1).
HO H
H OH
CH2OH
Nellson
HO H
H OH
CH2OH
merah bata
glukosa asam glukonat
(NH4)6Mo7O24.4H2O 3H2SO4 7H2MoO4 3(NH4)2SO4
12MoO42- AsO43- [AsMo12O40] 12H2O [AsMo12VO40]3- 4Cu+ [AsMo4VMo8VIO40]7- 4Cu2+
(2).
(3).
(4).
Gambar 11. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks Glukosa dengan Arsenomolibdat (Kautsar, 2011)
Kompleks molibdenum yang terukur sebanding dengan kadar glukosa dalam larutan. Komponen warna dari pereaksi Nellson-Somogyi juga akan mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang 747 nm, sehingga dalam analisis ini digunakan blangko dengan menambahkan pereaksi tersebut. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan adanya peningkatan absorban yang terukur oleh instrumen yang berasal dari warna senyawa yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan penurunan akurasi pengukuran.
Analisis data penelitian secara statistik dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 16 didahului dengan uji normalitas dengan menggunakan rumus dari Shapiro-Wilk, dan uji homogenitas dengan menggunakan rumus dari Lavene Test. Untuk uji normalitas dan uji homogenitas nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah ragam antar perlakuan homogen atau tidak.
Berdasarkan perhitungan dari uji Tukey antar kelompok glukosa setelah penambahan data berbeda signifikan yaitu nilai signifikansinya kurang dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan masing-masing kelompok data terdapat perbedaan dalam menurunkan kadar glukosa.
Tabel 19. Data Interpretasi Spektrum UV- Vis
Perlakuan Sampel Isolat Flavonoid | λ maks (nm) | Pergesera n λ (nm) | Penafsir an | ||
Pita I | Pita II | Pit a I | Pit a II | ||
Sampel | 366, | 271,2 | – | – | Flavonol |
dalam | 4 | (3-OH | |||
metanol | bebas) | ||||
Sampel | 343, | 266,2 | -23 | -5 | 3,4’-OH, |
dalam | 4 | o-diOH | |||
metanol + | pada | ||||
NaOH | cicin A, | ||||
pada | |||||
cincin B | |||||
: 3-OH | |||||
berdampi |
ngan | |||||
Sampel | 332, | 261,6 | – | -9,6 | – |
dalam | 6 | 33,8 | |||
metanol + | |||||
NaOH | |||||
(5menit) | |||||
Sampel | 401, | 262,6 | +35, | -8,6 | – |
dalam | 8 | 4 | |||
metanol + | |||||
NaOAc | |||||
Sampel | 398, | – | +32, | – | o– di OH |
dalam | 8 | 4 | pada | ||
metanol + | cincin B | ||||
NaOAc + | |||||
H3BO3 | |||||
Sampel | 414, | 248,4 | +48, | – | 5-OH |
dalam | 8 | 4 | |||
metanol + | |||||
AlCl3 | |||||
Sampel | 331, | 262,4 | -35 | -8,8 | – |
dalam | 4 | ||||
metanol + | |||||
AlCl3 + | |||||
HCl |
Pada spektrum yang ditunjukkan pada sampel yang dilarutkan dalam metanol didapatkan dua pita yaitu pita I pada panjang gelombang 366,4 nm dan pita II pada panjang gelombang 271,2 nm. Interpretasi spektrum pada kedua pita di atas adalah rentang spektrum dari senyawa flavonoid golongan flavonol.Penambahan pereaksi geser NaOH untuk mendeteksi adanya gugus hidroksil yanglebih asam, yang pada hasil diperoleh gugus hidroksil pada rantai karbon 4’.Penambahan kekuatan spektrum setelah waktu tertentu menunjukkan bahwa gugus ini tidak peka terhadap basa.Penambahan pereaksi geser Na asetat digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil bebas.Pada hasil tidak didapatkan bahwa terkandung adanya gugus 7-hidroksil bebas.Penambahan H3BO3 untuk menjembatani kedua gugus hidroksil o-diOH, pada hasil menunjukkan adanya gugus o– diOH pada cincin B. Penambahan pereaksi geser AlCl3 dan HCl untuk mendeteksi adanya gugus 5-hidroksil bebas. Pada hasil didapatkan bahwa terkandung adanya gugus 5-hidroksil bebas.
Hasil yang didapat dari interpretasi spektrum di atas adalah 5, 3’, 4’ – trihidroksi flavonol.
charantia (Bitter Gourd).l Journal Molecules. 17. 9631-9640.
OH Muhammad N.H. 2012. In Vitro Antidiabetic
OH Activities and Chemical
O
O | Basha S. K. dan Kumari. 2012. In Vitro Antidiabetic Activity of Psidium Guajava Leaves Extracs, Asian | |||
OH | Pasific Journal of Tropical Disease.
1-3 |
|||
H O | ||||
Departemen Kesehatan RI. 1986. “Sediaan |
Gambar 12.Interpretasi spektrum flavonoid 5, 3’, 4’-trihidroksi flavonol
KESIMPULAN
- Kondisi yang optimum dalam proses ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica charantiaL.) dengan berbantu gelombang mikroadalahmenit ke-30 dengan rendemen 20,85%.
- Konsentrasi ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 160 ppm dengan penurunan 50,38%.
- Jenis flavonoid dalam daun pare (Momordica charantia L.) yang dapat menurunkan kadar glukosaadalah 5, 3’, 4’-trihidroksi flavonol
SARAN
- Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji aktivitas isolat flavonoid daun pare (Momordica charantia L.) dalam menurunkan kadar glukosa secara in vitro.
- Dilakukan penentuan kadar flavonoid total pada isolat daun pare (Momordica charantia L.) dalam menurunkan kadar glukosa secara invitro.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Z., Khairul F.Z., Azhar Y., Chiong H.S., Malarvilis S., Amin I., dan analysis of Polipeptide-K and Oil Isolated from Seeds of Momordica
Galenik”. Jakarta: Depkes RI
Ermaiza. 2009. Pengaruh Dua Jenis Polisakarida dalam Biji Alpukat (Persea americana mill) Terhadap Kandungan Sirup Glukosa Melalui Proses Hidrolisis dengan HCl 3%. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Hardiman, D. 2013. Diabetes dan Komplikasinya Mengintai Kelengahan Kita. Tumbuh. Edisi Januari: 3-5.
Heinrich, M., Joanne B., Simon G., dan Elisabeth M. W. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Diterjemahkan oleh Amalia H. Hadinata. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kautsar, R. H. 2011. Kajian Hidrolisis Enzimatis Selulosa dari Alga Merah (Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottoni) Menggunakan Enzim Selulase dari Aspergillus niger. Skripsi. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Leelaprakash, G., J. Caroline, Gowtham B.M., Pradeep K., dan Shivram P. 2011. In Vitro Antimicrobial and Antioxidant Activity of Momordica charantia Leaves. Pharmacophore.
2. (4) : 242-252
Purwatresna, E. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak Secara in vitro melalui inhibisi enzim α- glukosidase. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Razak A. K., Ni Ketut Sumarni, Basuki Rahmat. 2012. Optimasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science 1 (1):119-131
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Terjemahan Padmawinata, K. Bandung: ITB Press.
Sadasivam, S. dan Manickam, A. 1996. Biochemical Methods. New Delhi: New Age International
Zaini, R. 2006. Isolasi Komponen Bioaktif Flavonoid dari Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina L.). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
11
—
Erlita Verdia Mutiara1), Achmad Wildan1)
1)Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang
Jl. Sarwo Edhie Wibowo Km.1 Plamongansari, Pucanggading, Semarang